1. Perspektif Alqur'an dan Assunah
tentang Seni dan Budaya
A. Pengertian, Ruang Lingkup Seni dan Budaya
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhaya yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan kebudayaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kata budaya
merupakan kata majemuk dari budi dan daya, yang berarti hasil yang diperoleh
dari cipta, karsa, dan rasa. Secara lebih luas kebudayaan mengandung pengertian
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat istiadat dan
pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Menurut Zakky Mubarrak, dilihat dari dimensi wujud, kebudayaan dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan fikiran manusia. Wujud dari budaya ini
masih abstrak, tidak kasat mata, dan berada pada jiwa manusia.
2.
Kompleks aktivitas berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkrit, kasat mata, dapat diamati
dan diobservasi. Wujudnya sering
disebut sistem sosial.
3. Wujud kebudayaan berupa benda. Aktivitas manusia yang saling
berinteraksi dipastikan selalu menggunakan sarana dan peralatan, sebagai hasil
karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas dari karya manusia tersebut
menghasilkan berbagai macam benda. Benda-benda itu bisa berwujud benda bergerak
atau benda yang tidak bergerak.
Unsur-unsur
kebudayaan terdiri dari tujuh macam, yaitu:
1. Bahasa
2.
Sistem teknologi
3.
Sistem mata pencaharian
4.
Organisasi sosial
5.
Sistem pengetahuan
6.
Religi
7.
Kesenian
Bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai-nilai kehidupan yang
diyakini dan dirasakan oleh pembentuk kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang
berdasarkan pada nilai-nilai Islam disebut kebudayaan Islam. Dalam pandangan
ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama
yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para Nabi dan RasulNya. Akal dan fikiran
manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan/ keburukan, karena itu banyak hal
yang dianggap baik oleh akal fikiran ternyata buruk menurut agama. Begitu pula
hal yang dianggap tercela oleh aka fikiran, justru dianggap baik oleh agama.
Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari jalan yang sesat maka harus
dilandasi oleh ajaran agama.
Sedangkan jika kita membahas masalah seni, seni
merupakan bagian dari kebudayaan yang menekankan pada persoalan nilai
kehidupan. Seni merupakan ekspresi dari jiwa yang halus dan indah yang lahir
dari bagian yang terdalam dari jiwa menusia yang didorong oleh kecenderungan
pada keindahan. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia/ fitrah yang
dianugerahkan Tuhan. Seni dikaitkan dengan keindahan, bagus, cantik, elok,
molek, dan sebagainya. Segala sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil
seni. Seni ada yang bersal dari hasil karya manusia ada pula yang bersifat
alamiah. Seni selalu berusaha memberikan makna yang sepenuhnya mengenai obyek
yang diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal, maksudnya tidak terikat
oleh selera individu, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal .
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama.
Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, luis, ukir,
suara, tari, dan lain-lain.
B. Pandangan Al Qur’an dan As Sunnah tentang Budaya dan Seni
Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi
bagian dari kehidupan manusia. Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap
zamannya. Islam, sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu
bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan
nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan
lainnya. Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga
merupakan sebagai syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang
dengan nilai-nilai Islam didalamnya. Berikut akan dijelaskan lebih dalam
pengertian, ruang lingkup, dan perspektif Al Qur’an dan As-sunnah tentang
budaya dan seni. Bersadarkan
hal ini, bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai – nilai kehidupan yang
diyakini dan diarasakan oleh pembentuk kebuadayaan yaitu manusia. Kebudayaan
atau peradaban yang berdasarkan pada nilai – nilai ajaran islam disebut
kebudayaan islam. Dalam pandangan ajaran islam, aktivitas kebudayaan manusia
harus memperoleh bimbingan agama yang diawayuhkan oleh Allah SWT melalui para
nabi dan rasul Nya. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari ajaran yang
sesat dan sebaliknya mengikuti jalan yang benar dan terpuji yang dilandasi oleh
ajaran agama.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal
dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk
mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan
manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk
“berbudaya“. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan
pedoman. Oleh karena itu, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri,
berasal dari agama. Kebudayaan Islam adalah peradaban yang
berdasarkan pada nilai-nilai ajran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat
dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains
dan teknologi. Semua itu diilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah. Nilai
kebudayaan Islam yang harus dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi ibadah,
bekerja secara professional, mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai
aspek kehidupan, mengutamakan kemaslahatan umum, berfikir rasional, bersikap
objektif.
Pada dasarnya, Alqur’an dan As
Sunnah tidak memberikan ajaran yang terperinci tentang seni. Di dalam hadist
Rasulullah SAW mengatakan, “Antum a’lamu
bi Umuri Dunyakum” yang artinya: “Kamu
lebih memaklumi mengenai urusan duniamu sendiri”. Berdasarkan hadist yang
telah disebutkan, agama
Islam memang mendukung
kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Sebaliknya apabila seni
itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera keras. Kesenian dalam
islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir, suara, tari dan
berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia,
memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai
luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan
dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena
ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada
manusia.
C. Konsep Pengembangan Budaya dan Seni Islam
Dalam kaidah fiqh disebutkan “al adatu muhakkamatun”
artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan
bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penenntuan hokum.
Tetapi yang perlu dicatat, budaya tersebut tidak bertentangan dengan Islam.
Ketika terdapat kebudayaan yang bertentangan dengan Islam, maka kebudayaan itu
harus dihindari. Seperti ngaben di Bali yang mengandung unsur-unsur syirik.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia
dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian
hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia, karena seni itu diidentikkan dengan keindahan. Seni yang lepas dari
nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal
dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah.
Seni di dalam agama Islam mendapatkan tempat yang
istimewa, hampir seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Tetapi seni
di dalam Islam harus diarahkan kepada hal yang positif, menimbulkan budi
pekerti, sopan santun yang lemah lembut, tidak mengarahkan kepada hal yang
negatif, seperti menimbulkan syahwat dan kemungkaran. Semua aspek kehidupan
manusia sebenarnya mengandung unsur seni seperti pada pakaian tutur kata,
kendaraan, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat tulis,dan lainnya.
Karya seni bagi umat islam dapat ditunjukan dengan
bentuk bangunan yang indah, seperti istana raja seni tari, seni rabana dulunya,
masjid, menara, kubah, dan lain-lain. Ada juga yang mewujudkan dengan seni
lukis, seperti lukisan keindahan alam, kaligrafi, bentuk-bentuk lukisan indah,
dan gambar-gambar, dll, seperti seni suara qasidah, keroncong, MTQ, ada pula
yang berbentuk, dan seni musik.
Namun Islam memiliki batasan untuk mengatur umatnya
agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki islam adalah seni
yang bisa mendatangkan manfaat, bukan mendatangkan mudarat seperti menimbulkan
kemungkaran, syirik, menimbulkan syahwat, dan lain sebagainya.
2.
Perspektif
Alqur'an dan Assunah tentang Filsafat
B. Pengertian
Filsafat
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik
dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah,
yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka
(loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang
yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan
disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis
filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir.
Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh.
B. Pandangan Al Qur’an dan As Sunnah tentang Filsafat
Ilmu filsafat masuk ke dunia Islam melalui
ekspansi Yunani, yang ketika itu dipimpin Alexander Agung, pada abad 2 H atau
abad 8 Masehi di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Hal itu ditandai
dengan adanya pusat-pusat kebudayaan Yunani di timur, seperti Alexandria di
mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bectra di Persia.
Pada
zaman Dinasti Ummayah, kebudayaan Yunani belum begitu menonjol karena waktu itu
lebih banyak tertuju pada kebudayaan Arab. Baru ketika zaman Dinasti Abbasiyah
tiba, kebudayaan Yunani secara perlahan mendapat perhatian karena mula-mula
mereka tertarik pada ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lainnya dari Yunani.
Dalam
Al Qur’an dan As Sunnah, Islam mengakui adanya kebenaran absolut, yaitu
kebenaran yang datangnya dari Allah. Namun, ada juga kebenaran tidak absolut
atau relatif, yaitu kebenaran yang dicapai sebagai hasil usaha akal budi
manusia. Filsafat mencari akar suatu permasalahan sehingga diperoleh kebenaran.
Ilmu filsafat lalu dikembangkan menjadi filsafat Islam, karena baik Islam
maupun filsafat memiliki obyek bahasan yang sama, yaitu hakikat kehidupan.
Masuknya filsafat yang digabung dengan pemikiran yang mendalam tentang
ayat-ayat Al Qur’an telah melahirkan filsafat Islam seperti filsafat ketuhanan,
filsafat agama, dan lain-lain.
Berfilsafat memiliki banyak manfaat, antara lain
menyelesaikan berbagai permasalahan manusia, mempu berpikir secara mendalam dan
logis, mengumpulkan pengetahuan manusia dan membentuk sikap kritis dalam
menghadapi permasalahan sehari-hari. Jika kita menggunakan filsafat dengan
akidah, maka hasil dari kegiatan berfilsafat akan menjadi terasa dan memberikan
manfaat kepada orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika tidak digunakan
dengan benar, maka akan menghasilkan jawaban yang salah dan pada akhirnya
filsafat tidak memberi manfaat pada kita. Karena pada dasarnya filsafat mengandung
ilmu-ilmu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, seperti ilmu
kedokteran, ilmu kimia, biologi, ilmu falak, dan sebagainya, maka sudah
seharusnya akidah diperlukan juga pada bidang filsafat agar dalam kehidupan
sehari-hari penggunaan ilmu bisa seimbang antara ilmu dunia (ilmu umum) dan
ilmu akhirat (ilmu agama).
membela
filsafat, mungkin filsafat yang dibela ibnu rusyd adalah filsafat yang tidak
bertentangan dengan ajaran islam. Dengan demikian bisa dibilang bahwa ilmu
filsafat itu terdiri dari dua bagian, bagian pertama yang tidak bertentangan
dengan ajaran islam dan bagian kedua yang bertentangan dengan ajarn islam. Dan
patut diingat bahwa dalam beragama kita tidak memerlukan filsafat karena nabi
dan para sahabatnya juga tidak mengajarkan ilmu filsafat.
Ar-Roziy
berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah menelaah buku-buku ilmu
kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan kepuasan padanya lalu saya
memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj Al-Qur‟an…(dan
seterusnya).
Abu
Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : “Jika kamu bertanya :
„Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan filsafat dan
mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ?‟ maka ketahuilah
hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang bermanfaat,
telah dimiliki oleh Al-Qur‟an dan Hadits dan semua yang keluar
darinya adakalanya perdebatan yang tercela dan ini termasuk kebid‟ahan dan
adakalanya kekacauan karena kontradiksi kelompok-kelompok dan berpanjang lebar
menukil pendapat-pendapat yang kebanyakan adalah perkataan sia-sia dan ingauan
yang dicela oleh tabiat manusia dan ditolak oleh pendengaran dan sebagiannya
pembahasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama dan tidak ada
sedikitpun terjadi di zaman pertama.
3. Perspektif Alqur'an dan Assunah
tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
A. Motivasi
Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan
salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita
membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar
yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang
lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu
akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan
ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai
sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pada dasarnya kita hidup didunia ini
tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal
harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat
bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an
dan Al-Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil)
Dalam sebuah hadist rasulullah
bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang
meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan
emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)
Juga pada hadist rasulullah yang
lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita
tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah
menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru
tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim”
disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu
ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap orang yang
sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu
telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran,
fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam
mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu
agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan
kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan
bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah
bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu
ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu
Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih
utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada
orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding sedekah harta
benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan
amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam
orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.
Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan
kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap
perubahan zaman dan pergantian masa.Beberapa motivasi islam dalam pengembangan
Iptek yang terdapat didalam Al-Quran:
1. Yang mengetahui
pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orang-orang yang dalam ilmunya (QS.2:7)
2. Orang berilmu
mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18)
3. Di atas orang
berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76)
4. Bertanyalah kepada
ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7)
5. Jangan engkau turuti
apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36)
6. Kamu hanya mempunyai
ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85)
7. Memohonlah kepada
Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114)
8. Ilmu mereka (orang
yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat (QS.27:66)
9. Hanyalah orang-orang
berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43)
10. Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang
berilmu (QS.35:28)
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
umat Islam hendaknya memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan
tersebut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai
jembatan untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia
dan di akhirat.
Kesimpulanya,motivasi-motivasi islam yang termuat
dalam Al-quran,Al-Hadist dan sunnah harus dijadikan sebagai pemicu atau
penyemangat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan ajaran
islam.
B. Pandangan Al Qur’an dan As Sunnah tentang Iptek
Di dalam Al-Qur’an dan Hadist banyak kita dapati
firman-firman yang mengutamakan ilmu pengetahuan dan memberi kedudukan yang
tinggi kepada orang – orang alim, ahli penelitian dan ahli pengetahuan.
…يرفع الله الذين امنوامنكم والذين اتوالعلم درجات
“ Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan diantara kamu akan beberapa derajat “ ( Q.S. Al Mujadalah 11 )
…انمايخشيالله من عباد٥العلموءا…
“ yang sebenar-benarnya takut kepada Tuhan ialah orang
–orang yang berilmu pengetahuan “ (
Al Fatir 28 )
Bukti-bukti ilmu
pengetahuan yang telah di jelaskan dalam al qur’an.
1.Nebula
“Maka apabila langit telah
terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula adalah kumpulan 100
milyar galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.
2.Kesempurnaan Di Alam Semesta
“Yang telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu
cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.”
(QS. Al Mulk: 3-4)
Di alam semesta, miliaran
bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam orbit yang
terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet,
dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang
ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar
bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa
contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi
tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
3.Orbit
“Dan Dialah yang telah
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya
itu beredar di dalam garis edarnya.”
(QS. Al Anbiya: 33)
Bintang, planet, dan bulan
berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar
bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbit tertentu.
4.Perjalanan Matahari
“Dan matahari berjalan di
tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.”(QS. Yasin:38)
Berdasarkan perhitungan
para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan
720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat
dengan bintang Vega.
5.Langit Tujuh Lapis
“Allah-lah yang menciptakan
tujuh langit dan seperti itu pula bumi.”
(QS. Ath-Thalaq:12)
Atmosfer bumi ternyata
terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana (9/188),
lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu
lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan
magnetosfer.
6.Gunung Mencegah Gempa
Bumi
“Dia menciptakan langit
tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di
permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.”
(QS. Luqman:10)
“Bukankah Kami telah
menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?”
(QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh
melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat Al
Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada
titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling
mendekat, dan gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat
tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan
pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat
bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan
kerak bumi.
7.Air Laut Tidak Saling
Bercampur
“Dia membiarkan dua lautan
mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak
dilampaui oleh masing-masing.”
(QS. Ar-Rahman:19-20)
Pada ayat di atas
ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur akibat
adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan
bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam
cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang
diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut
Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling
bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Di Selat Gibraltar
lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut Mediteran
terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara keduanya.
Namun dengan Menjadikan aqidah Islam sebagai landasan
pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti
menjadi aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan
menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Dengan jelas kita tahu bahwa
Rasulullah Saw telah meletakkan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan,
sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan
kekuasaan Allah,Bukan semata-mata karena hasil pemikiran manusia.
Kedua, menjadikan syariah Islam (yang lahir dari
aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan Iptek dalam kehidupan
sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat
Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada
sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan Iptek,
didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam
boleh memanfaatkan Iptek jika telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sebaliknya
jika suatu aspek Iptek dan telah diharamkan oleh syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
C. Konsep Pengembangan Iptek
Agama islam adalah agama yang sangat memperhatikan
ilmu pengetahuan. Islam mendorong umatnya agar terus menuntut ilmu dalam segala
aspek kehidupan. Islam adalah agama yang selalu sesuai dengan perkembangan
zaman dan dapat diterapkan dalam segala tempat. Allah memerintahkan hamba-Nya
melalui ayat Al-Qur’an untuk terus meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Dalam
Surat Taha (144) Allah berfirman: “Tuhanku tambahkanlah ilmu pengetahuanku”.
Rasulullah dalam sabdanya menyatakan: “Ada dua keinginan yang tidak pernah
terpuaskan, yaitu keinginan untuk mencari ilmu dan mencari harta. (M. Quraihs
Shihab, 1996: 447).
Ilmu pengetahuan menyediakan suatu cara untuk meneliti
alam semeta dan segala isinya guna menyingkap kehebatan Allah, sehingga
pengetahuan tersebut daoat disampaikan pada seluruh manusia. Dengan demikian
agama mendorong ilmu pengetahuan, menjadikannya sebagai alat untuk mempelajari
seluk-beluk ciptaan Tuhan.
Unsur
pokok yang mendasari ilmu pengetahuan
o Subjek : keinginan untuk mengetahui sesuatu
o Objek
: bahan kajian
o Metodologi : cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan
Pada perkembangannya, metodologi berkembang menjadi
tiga. Pertama, rasionalis, yang mengunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuan. Kedua, empiris, berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan
melalui penalaran rasional yang abstrak namun melalui pengalaman yang konkrit.
Ketiga, wahyu, metode ini tidak memerlukan suatu proses penalaran tertentu
namun menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan yang menjadi petunjuk untuk
menemukan hukum alam (sunnatullah).
Islam mengajarkan
hidup yg dinamis, menghargai akal pikiran melalui pengembangan Iptek, bersikap
seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, menghargai waktu,
bersifat terbuka, mengutamakan persaudaraan dan sikap-sikap positif lainnya.
Anugerah terbesar yg sangat berharga bagi umat Islam adl Al Qur’an.
Keluarbiasaan Al Qur’an itu terletak pd aspek-aspek di dalamnya antara lain
bahasa & gaya bahasanya, substansinya, jangkauannya yg tiada terbatas, dan
multifungsinya bagi umat manusia. Banyak hikmah yg dapat di ambil dari Al
Qur’an
Al Qur’an mempunyai
multifungsi bagi umat manusia, yg terlihat pd ayat-ayatnya dan dikuatkan
oleh hadits, yang menyebutkan bahwa Al Qur’an adalah sebagai berikut:
r Pedoman hidup yg harus dipegang erat oleh kaum muslimin
r Petunjuk bagi umat manusia
r Pembeda antara yang benar dan yang salah
r Inspirator dan pemacu terhadap kemajuan Iptek
r Penyembuh bagi orang-orang mumin
r Rahmat bagi orang-orang mukmin
r
Pemberi peringatan bagi orang-orang yg
lalai
Dewasa ini, ilmu
pengetahuan dan teknologi sudah semakin berkembang. Di era globalisasi seperti
sekarang ini, manusia memang perlu mengembangkan Iptek dalam kehidupan yang
semakin modern. Perkembangan Iptek dapat memperbaiki kualitas hidup manusia.
Berbagai saran modern industri, komuikasi dan transportasi, misalnya terbukti
sangat bermanfaat. Namun, di sisi lain Iptek tidak jarang berdampak negatif
karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.
Disinilah peran Al
Qur’an menjadi sangat penting dengan menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup
agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif sebagai dampak berkembangnya Iptek.
Al Qur’an dan agama harus senantiasa kita jadikan sebagai tuntunan untuk
menjalani kehidupan. Jika manusia menjadikan aqidah islam sebagai landasan
Iptek, bukan berarti bahwa konsep Iptek wajib bersumber kepada Al Qur’an dan
Al-Hadits, artinya bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan lain sebagainya, harus
didasarkan pd ayat tertentu dalam Al Qur’an, tetapi yg dimaksud adalah konsep
Iptek wajib berstandar pd Al-Qur’an dan Al-Hadits. Iptek tidak boleh bertentangan
dengan Al Qur’an.
---------Tugas LTM MPK Agama Islam kelas paralel 3 FIB UI 2013 ----------
Daftar
Pustaka:
Al-Qardhawy, Yusuf. (1997). As-Sunnah Mashdaran li Al Ma’rifah wa Al Hadharah. (Terj. Setiawan Budi Utomo). Eds. Team Al
Kautsar. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Anshari, Endang S. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta:
Gema Insani
Kaelany.
(2013). Islam Agama Universal.
Jakarta: Midada Rahma Press.
Roham,
Abujamin., dkk. (1998). Al Islam dan
Iptek. Buku kedua. Jakarta: Rajawali Press.
Wahid,
Abdurrahman. (1983). Muslim di Tengah
Pergumulan. Jakarta: Leppenas
Zar,
Sirajudin. (2012). Filsafat Islam:
Filosof dan Filsaftanya. Jakarta: Rajawali Press.
http://akharil.blogspot.com/2010/03/iptek-menurut-pandangan-islam.html
(Diunduh Tanggal 19 April 2014 pukul 19.30)
http://humairahanads.blogspot.com/2012/11/kebudayaan-dan-seni-islam.html
(Diunduh Tanggal 19 April 2014 pukul 19.06)
http://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/05/filsafat-dalam-pandangan-islam/ (Diunduh Tanggal 19 April 2014 pukul 19.15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar