Minggu, 29 Juni 2014

Pandangan Alqur'an Tentang Seni, Budaya, Filsafat, dan Iptek



1. Perspektif Alqur'an dan Assunah tentang Seni dan Budaya
A. Pengertian, Ruang Lingkup Seni dan Budaya
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhaya yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan kebudayaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kata budaya merupakan kata majemuk dari budi dan daya, yang berarti hasil yang diperoleh dari cipta, karsa, dan rasa. Secara lebih luas kebudayaan mengandung pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Menurut Zakky Mubarrak, dilihat dari dimensi wujud, kebudayaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan fikiran manusia. Wujud dari budaya ini masih abstrak, tidak kasat mata, dan berada pada jiwa manusia.
                  2. Kompleks aktivitas berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi,   bersifat konkrit, kasat mata, dapat diamati dan diobservasi. Wujudnya           sering disebut sistem sosial.
3. Wujud kebudayaan berupa benda. Aktivitas manusia yang saling berinteraksi dipastikan selalu menggunakan sarana dan peralatan, sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas dari karya manusia tersebut menghasilkan berbagai macam benda. Benda-benda itu bisa berwujud benda bergerak atau benda yang tidak bergerak.
            Unsur-unsur kebudayaan terdiri dari tujuh macam, yaitu:
 1. Bahasa
 2. Sistem teknologi
 3. Sistem mata pencaharian
 4. Organisasi sosial
 5. Sistem pengetahuan
 6. Religi
 7. Kesenian
Bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai-nilai kehidupan yang diyakini dan dirasakan oleh pembentuk kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam disebut kebudayaan Islam. Dalam pandangan ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para Nabi dan RasulNya. Akal dan fikiran manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan/ keburukan, karena itu banyak hal yang dianggap baik oleh akal fikiran ternyata buruk menurut agama. Begitu pula hal yang dianggap tercela oleh aka fikiran, justru dianggap baik oleh agama. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari jalan yang sesat maka harus dilandasi oleh ajaran agama.
Sedangkan jika kita membahas masalah seni, seni merupakan bagian dari kebudayaan yang menekankan pada persoalan nilai kehidupan. Seni merupakan ekspresi dari jiwa yang halus dan indah yang lahir dari bagian yang terdalam dari jiwa menusia yang didorong oleh kecenderungan pada keindahan. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia/ fitrah yang dianugerahkan Tuhan. Seni dikaitkan dengan keindahan, bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Segala sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil seni. Seni ada yang bersal dari hasil karya manusia ada pula yang bersifat alamiah. Seni selalu berusaha memberikan makna yang sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal, maksudnya tidak terikat oleh selera individu, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal . Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, luis, ukir, suara, tari, dan lain-lain.
B. Pandangan Al Qur’an dan As Sunnah tentang Budaya dan Seni
Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya. Islam, sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai Islam didalamnya. Berikut akan dijelaskan lebih dalam pengertian, ruang lingkup, dan perspektif Al Qur’an dan As-sunnah tentang budaya dan seni. Bersadarkan hal ini, bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai – nilai kehidupan yang diyakini dan diarasakan oleh pembentuk kebuadayaan yaitu manusia. Kebudayaan atau peradaban yang berdasarkan pada nilai – nilai ajaran islam disebut kebudayaan islam. Dalam pandangan ajaran islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diawayuhkan oleh Allah SWT melalui para nabi dan rasul Nya. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari ajaran yang sesat dan sebaliknya mengikuti jalan yang benar dan terpuji yang dilandasi oleh ajaran agama.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “berbudaya“. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Oleh karena itu, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada nilai-nilai ajran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan teknologi. Semua itu diilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah. Nilai kebudayaan Islam yang harus dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi ibadah, bekerja secara professional, mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan, mengutamakan kemaslahatan umum, berfikir rasional, bersikap objektif.
Pada dasarnya, Alqur’an dan As Sunnah tidak memberikan ajaran yang terperinci tentang seni. Di dalam hadist Rasulullah SAW mengatakan, “Antum a’lamu bi Umuri Dunyakum” yang artinya: “Kamu lebih memaklumi mengenai urusan duniamu sendiri”. Berdasarkan hadist yang telah disebutkan, agama Islam memang mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Sebaliknya apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera keras. Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir, suara, tari dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.
C. Konsep Pengembangan Budaya dan Seni Islam
Dalam kaidah fiqh disebutkan “al adatu muhakkamatun” artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penenntuan hokum. Tetapi yang perlu dicatat, budaya tersebut tidak bertentangan dengan Islam. Ketika terdapat kebudayaan yang bertentangan dengan Islam, maka kebudayaan itu harus dihindari. Seperti ngaben di Bali yang mengandung unsur-unsur syirik.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentikkan dengan keindahan. Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Seni di dalam agama Islam mendapatkan tempat yang istimewa, hampir seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Tetapi seni di dalam Islam harus diarahkan kepada hal yang positif, menimbulkan budi pekerti, sopan santun yang lemah lembut, tidak mengarahkan kepada hal yang negatif, seperti menimbulkan syahwat dan kemungkaran. Semua aspek kehidupan manusia sebenarnya mengandung unsur seni seperti pada pakaian tutur kata, kendaraan, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat tulis,dan lainnya.
Karya seni bagi umat islam dapat ditunjukan dengan bentuk bangunan yang indah, seperti istana raja seni tari, seni rabana dulunya, masjid, menara, kubah, dan lain-lain. Ada juga yang mewujudkan dengan seni lukis, seperti lukisan keindahan alam, kaligrafi, bentuk-bentuk lukisan indah, dan gambar-gambar, dll, seperti seni suara qasidah, keroncong, MTQ, ada pula yang berbentuk, dan seni musik.
Namun Islam memiliki batasan untuk mengatur umatnya agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki islam adalah seni yang bisa mendatangkan manfaat, bukan mendatangkan mudarat seperti menimbulkan kemungkaran, syirik, menimbulkan syahwat, dan lain sebagainya.

2.            Perspektif Alqur'an dan Assunah tentang Filsafat
B. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
B.  Pandangan Al Qur’an dan As Sunnah tentang Filsafat
      Ilmu filsafat masuk ke dunia Islam melalui ekspansi Yunani, yang ketika itu dipimpin Alexander Agung, pada abad 2 H atau abad 8 Masehi di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Hal itu ditandai dengan adanya pusat-pusat kebudayaan Yunani di timur, seperti Alexandria di mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bectra di Persia.
Pada zaman Dinasti Ummayah, kebudayaan Yunani belum begitu menonjol karena waktu itu lebih banyak tertuju pada kebudayaan Arab. Baru ketika zaman Dinasti Abbasiyah tiba, kebudayaan Yunani secara perlahan mendapat perhatian karena mula-mula mereka tertarik pada ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lainnya dari Yunani.
Dalam Al Qur’an dan As Sunnah, Islam mengakui adanya kebenaran absolut, yaitu kebenaran yang datangnya dari Allah. Namun, ada juga kebenaran tidak absolut atau relatif, yaitu kebenaran yang dicapai sebagai hasil usaha akal budi manusia. Filsafat mencari akar suatu permasalahan sehingga diperoleh kebenaran. Ilmu filsafat lalu dikembangkan menjadi filsafat Islam, karena baik Islam maupun filsafat memiliki obyek bahasan yang sama, yaitu hakikat kehidupan. Masuknya filsafat yang digabung dengan pemikiran yang mendalam tentang ayat-ayat Al Qur’an telah melahirkan filsafat Islam seperti filsafat ketuhanan, filsafat agama, dan lain-lain.
Berfilsafat memiliki banyak manfaat, antara lain menyelesaikan berbagai permasalahan manusia, mempu berpikir secara mendalam dan logis, mengumpulkan pengetahuan manusia dan  membentuk sikap kritis dalam menghadapi permasalahan sehari-hari. Jika kita menggunakan filsafat dengan akidah, maka hasil dari kegiatan berfilsafat akan menjadi terasa dan memberikan manfaat kepada orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika tidak digunakan dengan benar, maka akan menghasilkan jawaban yang salah dan pada akhirnya filsafat tidak memberi manfaat pada kita. Karena pada dasarnya filsafat mengandung ilmu-ilmu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, seperti ilmu kedokteran, ilmu kimia, biologi, ilmu falak, dan sebagainya, maka sudah seharusnya akidah diperlukan juga pada bidang filsafat agar dalam kehidupan sehari-hari penggunaan ilmu bisa seimbang antara ilmu dunia (ilmu umum) dan ilmu akhirat (ilmu agama).
membela filsafat, mungkin filsafat yang dibela ibnu rusyd adalah filsafat yang tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dengan demikian bisa dibilang bahwa ilmu filsafat itu terdiri dari dua bagian, bagian pertama yang tidak bertentangan dengan ajaran islam dan bagian kedua yang bertentangan dengan ajarn islam. Dan patut diingat bahwa dalam beragama kita tidak memerlukan filsafat karena nabi dan para sahabatnya juga tidak mengajarkan ilmu filsafat.
Ar-Roziy berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah menelaah buku-buku ilmu kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan kepuasan padanya lalu saya memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj Al-Quran…(dan seterusnya).
Abu Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : “Jika kamu bertanya : „Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan filsafat dan mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ? maka ketahuilah hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang bermanfaat, telah dimiliki oleh Al-Quran dan Hadits dan semua yang keluar darinya adakalanya perdebatan yang tercela dan ini termasuk kebidahan dan adakalanya kekacauan karena kontradiksi kelompok-kelompok dan berpanjang lebar menukil pendapat-pendapat yang kebanyakan adalah perkataan sia-sia dan ingauan yang dicela oleh tabiat manusia dan ditolak oleh pendengaran dan sebagiannya pembahasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama dan tidak ada sedikitpun terjadi di zaman pertama.

3. Perspektif Alqur'an dan Assunah tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
A. Motivasi Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil)
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.

Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan pergantian masa.Beberapa motivasi islam dalam pengembangan Iptek yang terdapat didalam Al-Quran:
1.      Yang mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah  dan orang-orang yang dalam ilmunya (QS.2:7)
2.      Orang berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18)
3.      Di atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76)
4.      Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7)
5.      Jangan engkau turuti apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36)
6.      Kamu hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85)
7.      Memohonlah kepada Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114)
8.      Ilmu mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat (QS.27:66)
9.      Hanyalah orang-orang berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43)
10.  Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu (QS.35:28)
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam hendaknya memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kesimpulanya,motivasi-motivasi islam yang termuat dalam Al-quran,Al-Hadist dan sunnah harus dijadikan sebagai pemicu atau penyemangat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan ajaran islam.
B.      Pandangan Al Qur’an dan As Sunnah tentang Iptek
Di dalam Al-Qur’an dan Hadist banyak kita dapati firman-firman yang mengutamakan ilmu pengetahuan dan memberi kedudukan yang tinggi kepada orang – orang alim, ahli penelitian dan ahli pengetahuan.
يرفع الله الذين امنوامنكم والذين اتوالعلم درجات
“ Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan diantara kamu akan beberapa derajat “ ( Q.S. Al Mujadalah 11 )
انمايخشيالله من عباد٥العلموءا
“ yang sebenar-benarnya takut kepada Tuhan ialah orang –orang yang berilmu pengetahuan “ ( Al Fatir 28 )

Bukti-bukti ilmu pengetahuan yang telah di jelaskan dalam al qur’an.
1.Nebula
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.
2.Kesempurnaan Di Alam Semesta
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.”
(QS. Al Mulk: 3-4)
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
3.Orbit
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
(QS. Al Anbiya: 33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbit tertentu.
4.Perjalanan Matahari
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS. Yasin:38)
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega.
5.Langit Tujuh Lapis
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.”
(QS. Ath-Thalaq:12)
Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.
6.Gunung Mencegah Gempa Bumi
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.”
(QS. Luqman:10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?”
(QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
7.Air Laut Tidak Saling Bercampur
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”
(QS. Ar-Rahman:19-20)
                      
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Di Selat Gibraltar lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut Mediteran terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara keduanya.
Namun dengan Menjadikan aqidah Islam sebagai landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah Saw telah meletakkan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah,Bukan semata-mata karena hasil pemikiran manusia.
Kedua, menjadikan syariah Islam (yang lahir dari aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan Iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan Iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan Iptek jika telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek Iptek dan telah diharamkan oleh syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

C.      Konsep Pengembangan Iptek
Agama islam adalah agama yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Islam mendorong umatnya agar terus menuntut ilmu dalam segala aspek kehidupan. Islam adalah agama yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan dapat diterapkan dalam segala tempat. Allah memerintahkan hamba-Nya melalui ayat Al-Qur’an untuk terus meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Dalam Surat Taha (144) Allah berfirman: “Tuhanku tambahkanlah ilmu pengetahuanku”. Rasulullah dalam sabdanya menyatakan: “Ada dua keinginan yang tidak pernah terpuaskan, yaitu keinginan untuk mencari ilmu dan mencari harta. (M. Quraihs Shihab, 1996: 447).
Ilmu pengetahuan menyediakan suatu cara untuk meneliti alam semeta dan segala isinya guna menyingkap kehebatan Allah, sehingga pengetahuan tersebut daoat disampaikan pada seluruh manusia. Dengan demikian agama mendorong ilmu pengetahuan, menjadikannya sebagai alat untuk mempelajari seluk-beluk ciptaan Tuhan.
Unsur pokok yang mendasari ilmu pengetahuan
o  Subjek             : keinginan untuk mengetahui sesuatu
o  Objek               : bahan kajian
o  Metodologi      : cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan
Pada perkembangannya, metodologi berkembang menjadi tiga. Pertama, rasionalis, yang mengunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuan. Kedua, empiris, berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak namun melalui pengalaman yang konkrit. Ketiga, wahyu, metode ini tidak memerlukan suatu proses penalaran tertentu namun menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan yang menjadi petunjuk untuk menemukan hukum alam (sunnatullah).
Islam mengajarkan hidup yg dinamis, menghargai akal pikiran melalui pengembangan Iptek, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, menghargai waktu, bersifat terbuka, mengutamakan persaudaraan dan sikap-sikap positif lainnya. Anugerah terbesar yg sangat berharga bagi umat Islam adl Al Qur’an. Keluarbiasaan Al Qur’an itu terletak pd aspek-aspek di dalamnya antara lain bahasa & gaya bahasanya, substansinya, jangkauannya yg tiada terbatas, dan multifungsinya bagi umat manusia. Banyak hikmah yg dapat di ambil dari Al Qur’an
Al Qur’an mempunyai multifungsi bagi umat manusia, yg terlihat pd ayat-ayatnya dan dikuatkan oleh hadits, yang menyebutkan bahwa Al Qur’an adalah sebagai berikut:
r Pedoman hidup yg harus dipegang erat oleh kaum muslimin
r Petunjuk bagi umat manusia
r Pembeda antara yang benar dan yang salah
r Bacaan utama yang bernilai ibadah
r Inspirator dan pemacu terhadap kemajuan Iptek
r Penyembuh bagi orang-orang mumin
r Rahmat bagi orang-orang mukmin
r Pemberi peringatan bagi orang-orang yg lalai
Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berkembang. Di era globalisasi seperti sekarang ini, manusia memang perlu mengembangkan Iptek dalam kehidupan yang semakin modern. Perkembangan Iptek dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai saran modern industri, komuikasi dan transportasi, misalnya terbukti sangat bermanfaat. Namun, di sisi lain Iptek tidak jarang berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.
Disinilah peran Al Qur’an menjadi sangat penting dengan menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif sebagai dampak berkembangnya Iptek. Al Qur’an dan agama harus senantiasa kita jadikan sebagai tuntunan untuk menjalani kehidupan. Jika manusia menjadikan aqidah islam sebagai landasan Iptek, bukan berarti bahwa konsep Iptek wajib bersumber kepada Al Qur’an dan Al-Hadits, artinya bukan berarti bahwa ilmu astronomigeologiagronomi, dan lain sebagainya, harus didasarkan pd ayat tertentu dalam Al Qur’an, tetapi yg dimaksud adalah konsep Iptek wajib berstandar pd Al-Qur’an dan Al-Hadits. Iptek tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an.

---------Tugas LTM MPK Agama Islam kelas paralel 3 FIB UI 2013 ----------

            Daftar Pustaka:
Al-Qardhawy, Yusuf. (1997). As-Sunnah Mashdaran li Al Ma’rifah wa Al Hadharah.  (Terj. Setiawan Budi Utomo). Eds. Team Al Kautsar. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Anshari, Endang S. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta: Gema Insani
Kaelany. (2013). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.
Roham, Abujamin., dkk. (1998). Al Islam dan Iptek. Buku kedua. Jakarta: Rajawali Press.
Wahid, Abdurrahman. (1983). Muslim di Tengah Pergumulan. Jakarta: Leppenas
Zar, Sirajudin. (2012). Filsafat Islam: Filosof dan Filsaftanya. Jakarta: Rajawali Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar