Rabu, 21 Agustus 2013

Keenganan Budaya Mengantri di Indonesia


Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna di antara ciptaannya yang lain.Karena,manusia memiliki akal pikiran dan hawa nafsu  yang tidak di miliki oleh makhluk lainnya.Manusia sangat erat hubungannya dengan kebudayaan .Hal itu karena manusia adalah bagian dari kebudayaan.Manusia pula yang menciptakan serta menjaga kebudayaan dan tanpa ada campur tangan dari manusia maka suatu kebudayaan itu akan punah. Karena pada hakikatnya budaya adalah suatu sistem cara hidup oleh manusia. Oleh karena itu tidak salah jika di katakan kebudayaan itu muncul bersamaan dengan munculnya manusia. Termasuk cara hidup manusia dalam menhadapi antrian atau yang disebut dengan budaya mengantri.
Pada Hakikatnya Budaya Mengantri ialah perbuatan yang sederhana, mudah, dan bermanfaat. Satu perbuatan mengandung berbagai manfaat yang luar biasa, yaitu hanya dengan mengantre akan melatih sikap dan sifat sabar, melatih diri untuk tidak egois, belajar tertib, belajar menghargai orang lain, berlaku sopan, menanamkan rasa malu untuk mengambil hak orang lain, menanamkan sikap tepat waktu, menampakkan budaya rapi, dan lain sebagainya.
Namun, sering kita simak di Jalan Raya, terutama di jalan yang lalu-lintasnya cukup padat oleh kendaraan bermotor dimana jalan yang dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan seperti Sepeda Motor, Mobil, Mikrolet, Bus mulai dari Bus berukuran kecil sampai berukuran besar memenuhi jalan ketika sedang lampu merah. Akan tetapi, kita seringkali melihat, betapa tidak beraturnya antrian kendaraan yang sedang dalam posisi lampu merah. Di persimpangan yang dalam kondisi macet sedemikian rupa, justru bertambah lebih macet dikarenakan para pengemudi yang tidak sabar mengantri justru mereka harus mengantri dalam waktu yang lebih lama dan para pengemudi saling tidak mau mengalah untuk mendapatkan posisi yang mereka inginkan.
Hampir setiap hari di saat persimpangan jalan sedang macet. pengemudi lebih suka mengambil posisi yang sebetulnya justru tempat yang tidak diperbolehkan bagi para pengemudi, misalnya: para pengemudi kendaraan bermotor menempati lajur kanannya yang sebetulnya lajur tersebut adalah lajur untuk lawan arahnya. Karena lajur lawan arahnya dikuasai oleh pengemudi kendaraan bermotor yang tidak bersabar, akhirnya tidak ada jalan bagi kendaraan lawan arah untuk mendapatkan kesempatan jalan. Dan dapat disimpulkan tidak ada kesempatan bagi pengguna jalan untuk berjalan di jalan tersebut. Penyebabnya, para pengemudi kendaraan bermotor pada awalnya ingin medahului lewat lajur kanan namun karena di depan terdapat kendaraan yang juga mengantri di persimpangan, akibatnya kendaraan yang berada di persimpangan tidak bisa melewati jalan tersebut, dan kemudian disusul oleh kendaraan bermotor yang tidak bersabar mendahului dan menempati lajur kananya sampai menghalangi jalan bagi arah lawanya. Dan terjadilah kemacetan berkepanjangan yang disebabkan para pengemudi yang tidak bersabar.
Bahkan sering kita saksikan para pengemudi yang tidak bersabar dalam menghadapi antrian lebih suka menempati lajur trotoar yang padahal seharusnya trotoar tersebut dikhususkan untuk pejalan kaki. Para pejalan kaki pun merasa tidak nyaman dengan aktivitas jalan mereka oleh para pengemudi kendaraan yang menguasai tempat mereka. Terkadang perbuatan seperti inipun juga beresiko terjadi kecelakaan tabrak lari pengendara kendaraan bermotor denagn pejalan kaki. Dalam kondisi seperti ini, pejalan kaki merasa tidak ada tempat yang nyaman untuk berjalan kaki di pinggir jalan raya.
Lebih buruknya, Para pengendara yang kehilangan akal untuk bersabar dalam antrian justru melintas di daerah taman yang terdapat di jalur hijau sekitar jalan tersebut. Hal ini justru membuat taman tersebut menjadi rusak dan menjadi tidak sedap dipandang mata oleh para pengguna jalan tersebut terutama wisatawan yang sedang berlibur di tempat itu. Padahal taman di jalan tersebut didanai dengan jumlah dana yang tidak kecil dimana sumber dana tersebut berasal dari pajak masyarakat, dan kini hasil dari pajak tersebut dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Berbeda dengan di negara luar, budaya mengantri diterapkan dengan sangat baik. Salah satunya seperti di Taiwan. Tidak hanya dikenal sebagai negara yang memiliki keunggulan dalam riset dan inovasi produk, tetapi negara ini juga dikenal sebagai Master Antri. Masyarakat Taiwan membudidayakan antre dengan sangat baik. Mereka bahkan mengantri secara otomatis tanpa harus ada yang mengarahkan atau mengatur barisan antrean. Dimana pun, kapanpun, dan apapun mereka secara otomatis membentuk barisan antrean secara disiplin.
Dalam hal mengantre kita juga bisa meniru segerombolan semut. Hewan kecil ini sangat piawai dalam mengatur barisannya. Tampak rapi dan teratur ketika para serangga kecil ini merayap. Semestinya kita malu dengan semut. Hewan yang tiada pikiran saja mampu bersikap teratur, malah sebaliknya kita yang diberikan akal tidak mempunyai kesadaran tinggi untuk hidup teratur.
Sangat Indah terlihat jika di negara kita juga menerapkan kedisiplinan yang tinggi. Tidak adanya kerapian tanpa adanya budaya antre. Kenyataannya negara kita sangat jauh tertinggal dalam hal ketaatan pada peraturan terutama dalam kedisiplinan mengantre. Masih banyak rakyat Indonesia yang mendominasi kepentingan individu. Hal tersebut terlihat ketika mengantre di jalan raya. Contohnya saja di daerah Jakarta yang tidak jarang mengalami kemacetan lalu lintas terlebih ketika pagi dan sore hari. Semua orang terlihat terbaru-buru seakan dikejar waktu, bahkan saat lampu merah pengemudi berhenti melewati batas garis pemberhentian. Jika ada yang tidak melewati batas garis pemberhentian, para pengemudi yang berada di belakang akan berklakson ria menyuruh untuk maju atau ada yang langsung menyelip ke depan. Terlebih ketika lampu hijau menyala, suara-suara klekson kendaraan akan bersahut-sahutan dan tak sedikit pula yang menerobos jalan. Hal-hal tersebut sangat membahayakan baik si pengendara maupun semua pengguna jalan. Itu hanyalah sepenggal fakta yang terjadi di sekitar kita, belum yang terjadi ketika mengantri pembayaran rekening listrik, mengantre di loket rumah sakit, loket kereta api, dan lain sebagainya.
Keenganan budaya antre ini tidak lain juga disebabkan oleh membudayanya jam karet di Indonesia. Orang Indonesia sebagian besar meremehkan waktu sehingga tidak memperhitungkan waktu untuk mengantri. Karena merasa terburu-buru dan dikejar waktu akibat membiasakan jam karet, kedisiplinan dalam mengatre pun tidak lagi dihiraukan.
Hal yang perlu dilakukan dalam membudi daya mengantri adalah dengan membiasakan diri untuk sabar dan tidak egois. Tanpa disadari, hal-hal kecil positif yang kita biasakan, akan banyak bermanfaat dalam berbagai situasi, terutama dalam mengantre. Selain itu pula kebiasaan dan kesadaran tersebut harus ditamankan dalam diri, sebab pada hakikatnya kebiasaan merupakan pengulangan yang berpola. Buang secara mengulang hal yang negatif yang pasti merugikan, ulangi pola yang positif, maka kebiasaan akan menjadi kekuatan yang membangun.







DAFTAR PUSTAKA :