Sabtu, 28 Mei 2011

5 Kebiasaan buruk para wakil rakyat

Inilah dia 5 perilaku manusia pilihan kita di saat pemilu yang menjengkelkan negara



yaitu DPR (dewan perwakilan rakyat)










tapi zaman sekarang mah udah berubah jadi (Datang Paraf Rupiah)















Baiklah Inilah Dia 5 Kebiasaan buruk para wakil rakyat:

1. Tidur

Bayangkan saja, gajinya besar dan dibayar oleh rakyat, berbagai tunjangan disediakan, eh ini malah mimpi indah di ruang sidang, sedangkan rkyatnya tidak pernah mimpi indah. tadi malam ngapain aja emang? belum puas tidurnya? di sangka kamar tidur kali ya?. DPR mah tidur udah wajar orang tempat tidurnya udah pindah ke gedung DPR





2. Suka Jalan-jalan ke luar negeri
Sudah bosan ya pemandangan di negeri ini? gga ada yang enak dilihat ya di negeri ini? Ingin menyegarkan mata dengan melihat pemandangan di luar negeri? pake aja alasan kunjungan kerja ke luar negeri trus dibiayain deh oleh negara, gampang kan jadi anggota DPR (datang, Paraf, Rupiah)






3. Korupsi


Padahal gajinya udah gede tetap aja maih korupsi dasar kau para wakil rakyat maunya hidup bermewah-mewahan bercermin bangkai, ya itulah fenomena penjabat kita yang koruptif dan mainipulatif








4. Nonton Video di saat sidang


kalau yang satu ini pasti saudara sudah tahu berita ini kan? kayaknya dia tuh gga tahan lagi pengen tiduran di ranjang ama bininya, jadinya dia nonton deh tuh video lagi sidang. kaga nyadar lagi ketahuan diawasi oleh kamera pengawas, dasar aya-aya wae ya negeri ini.




5. Absen kaga jelas

ah ini mah udah biasa namanya juga dpr gga perlu datang juga dapat gaji dari rakyat kan, beda ama rakyatnya sudah susah hidup susah dapat gaji pula, kaya macam buruh tuh.

Balada Reformasi Indonesia

Sudah Lebih 10 tahun negeri ini mengalami masa reformasi.
Rakyat Berharap pemerintahan lebih baik di masa ini.
Rakyat berharap keadilan di masa ini.


Rakyat berharap kemiskinan segera sirna dari muka nusantara ini.
Akan tetapi harapan itu semuanya hanyalah mimpi bagi kaum yang tidak berdaya.

Para penguasa lebih mementingkan suara perut mereka dibanding suara rakyat jelata.
Padahal jelas tertera di UUD 1945 bahwa "negara berdasar kedaulatan rakyat" tetapi kenyataanya justru "negara berdasar kedaulatan perut penguasa".
Para penegak hukum lebih peduli dengan kaum yang kuat (berduit) dibanding kaum yang lemah bagaikan hukum rimba versi manusia.


Di negeri ini uang bisa membeli hukum sehingga tiada keadilan untuk kaum lemah di sini.
Kau boleh mengatakan ekonomi terus mengalami pertumbuhan, tapi yang ku tahu engkau tidak memperhitungkan keberadaan orang miskin di negeri ini.

Penguasa negeri ini bagaikan mafia di balik kabut yang siap menerjang mangsa.
Tak sadarkah mereka seperti penjajah yang merampas harta milik pribumi.