Kamis, 21 Oktober 2010

CERPEN PECUNDANG

Akhirnya aku kembali ke tempat ini. Aku tidak bisa menahan perasaanku untuk tidak menemuinya lagi. Aku hanya ingin melihatnya dari jarak yang agak jauh, dari tempat yang agak terlindung. Dari balik malam, dengan leluasa aku bisa melihatnya tertawa dan tersenyum --tawa dan senyum yang dibuat-buat-- di hadapan para tamu.

Tempat dia duduk menunggu tamu cukup terang bagi mataku, meski tempat itu hanya ditaburi cahaya merah yang redup. Aku masih bisa merasakan pancaran matanya yang pedih. Aku merasa dia sedang memperhatikan aku. Aku berusaha bersembunyi di balik kerumunan para pengunjung yang berseliweran di luar ruangan. Tapi sejenak aku ragu, apakah benar dia melihatku? Ah, jangan-jangan itu hanya perasaanku saja. Aku yakin dia kecewa dengan aku. Dia kecewa karena aku gagal membawanya pergi dari tempat ini.

Hampir setiap malam aku mengunjungi tempat ini hanya untuk melihatnya dari kegelapan dan memastikan dia baik-baik saja. Aku seperti mata-mata yang sedang mengintai mangsanya. Atau mungkin aku seorang pengecut yang tidak berani menunjukkan batang hidung setelah kegagalan yang menyakitkan hatiku. Atau bisa jadi aku telah menjadi pecundang dari kenyataan pahit ini.

Biasanya aku akan datang sekitar jam delapan malam. Aku memarkir motor di kegelapan dan berjalan perlahan menuju tempat dia biasa menunggu tamu. Jelas aku tidak akan berani masuk ke dalam ruangan yang pengab dengan asap rokok dan bau minuman itu. Aku terlanjur malu dengan dia. Makanya, aku hanya berani berdiri di luar, di dalam kegelapan, dengan tatapan mata yang sangat awas yang tertuju pada ruangan di mana dia duduk santai sambil mengepulkan asap rokoknya.

Seringkali aku dibakar api cemburu ketika ada lelaki yang menghampirinya dan merayunya. Api cemburu itu semakin menjadi-jadi ketika dia juga meladeni lelaki yang merayunya dengan senyum dan tawa. Dan hatiku benar-benar hangus ketika kulihat dia masuk ke dalam biliknya ditemani lelaki itu. Saat itu juga batok kepalaku dipenuhi berbagai pikiran-pikiran buruk. Ya, sudah jelas, di dalam bilik sederhana itu mereka akan bergulat, bergumul, dan saling terkam dalam dengus napas birahi.

Ah, sebenarnya tidak begitu. Itu hanya pikiran-pikiran burukku saja. Aku tahu dia perempuan lugu yang terjebak dalam situasi seperti itu. Semacam anak kijang yang masuk perangkap pemburu.

Aku merasa aku telah jatuh hati padanya. Kamu tahu, bagaimana proses jatuh hati itu kualami? Baiklah, akan kuceritakan untukmu. Saat itu aku diajak oleh kawan karibku datang ke tempat ini. Kawanku itu menemui langganannya. Sedang aku hanya bengong-bengong di ruangan sambil minum kopi. Seorang ibu paruh baya menghampiriku. Dengan mata genit ibu itu mengatakan padaku kenapa aku tidak masuk kamar? Aku bilang bahwa aku lagi ingin sendiri, lagi ingin menikmati suasana saja. Ibu itu mengatakan ada yang baru, masih belia, baru datang dari kampung. Ibu itu bilang usianya baru 15 tahun. Dalam hati aku tertarik juga dengan perkataan ibu itu. Wah, masih belia sekali? Aku jadi ingin tahu kayak apa perempuan yang dibilang belia itu? Ibu tua itu kemudian memanggil dia.

Sehabis mandi, ibu tua itu mengantar perempuan itu kepadaku. Dengan malu-malu perempuan ingusan itu duduk di sebelahku. Dia hanya diam dan tidak berkata-kata. Wajahnya manis dan memang masih bau kencur. Entah anak siapa yang disesatkan ke tempat seperti ini. Ibu tua itu menyuruhku segera mengajaknya masuk kamar, tentu dengan tarif khusus, lebih mahal dari biasanya.

Di dalam kamar, perempuan itu masih diam, tak banyak bicara. Dari wajah kekanak-kanakannya terpancar perasaan cemas dan keragu-raguan. Aku jadi iba melihat tingkahnya yang memelas itu. Aku segera mencegah saat dia hendak melucuti busananya. Dia bingung dengan tingkahku.

"Saya harus melayani tamu saya," jelasnya.

"Aku tak perlu dilayani. Aku hanya ingin ngobrol denganmu. Dan aku akan tetap membayar sesuai tarif yang telah disepakati," ujarku.

Aku menatap wajah yang lugu itu. Entah kenapa aku jadi tidak tega dan merasa simpati dengan dia. Mungkin aku terjebak pada pancaran matanya yang begitu diliputi kepolosan sekaligus kecemasan. Aku telah mengenal sejumlah perempuan yang bekerja seperti ini. Tapi dengan perempuan satu ini, aku merasakan dalam diriku bangkit suatu keinginan menjadi hero, ingin menyelamatkannya.

Aku mendekapkan kepalanya ke dadaku. Aku membelai-belai rambutnya yang sebahu. Tiba-tiba saja aku merasa menjadi seorang kakak yang ingin melindungi adiknya dari segala marabahaya.

"Mengapa kamu bisa berada di tempat seperti ini?" tanyaku lirih. "Seharusnya kamu menikmati masa-masa sekolahmu, seperti teman-temanmu yang lain.."

Perempuan itu diam dan menatapku lembut.

"Saya tidak tahu, Mas. Saya diajak oleh tante saya ke sini. Saya dijanjikan pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan. Tapi ternyata saya dijebak di sini oleh tante saya sendiri."

Aku kaget mendengar pengakuannya yang memilukan itu. Diam-diam dalam hatiku, rasa kasihan perlahan menjelma rasa simpati dan keinginnan untuk mengasihinya.

"Kamu ingin pergi dari tempat ini?"

"Ya, jelas, Mas. Tapi bagaimana caranya saya bisa pergi dari sini?"

"Aku akan ngomong sama bosmu."

"Mustahil, Mas!"

"Mengapa mustahil?"

"Mas tidak paham situasi di sini. Sekali perempuan terjebak dalam tempat ini, maka seumur hidup akan berkubang di sini."

"Tidak. Aku akan menyelamatkanmu. Kamu harus melanjutkan sekolahmu. Dan kamu mesti cari kerja yang lebih bagus dari kerja begini."

Perempuan bau kencur itu menundukkan kepalanya. Matanya memancarkan harapan, harapan bagi sebuah kebebasan.

Aku cium keningnya. Aku bisikkan beberapa patah kata agar dia bersabar dan tabah. Aku ke luar dari bilik dengan perasaan gundah.

"Gimana, Mas? Bagus, kan?" Ibu paruh baya itu berdiri di depan pintu dan mengerlingkan mata genit ke arah mataku.

Tiba-tiba saja aku ingin muntah melihat tampang ibu genit itu.

"Aku ingin ngomong sama bosmu," ujarku dengan nada agak geram.

"Ada apa, Mas? Apa servisnya tidak memuaskan ya...? Wah, kalo gitu saya akan lapor ke bos."

"Jangan. Bukan masalah itu. Ada yang aku ingin bicarakan sama bosmu. Tolong panggil dia."

Perempuan paruh baya kepercayaan bos itu tergopoh-gopoh menemui bosnya. Tak berapa lama, dia muncul kembali mengiringi perempuan agak gembrot dengan wajah menyiratkan kelicikan.

"Ada apa, Mas? Apa dia tidak melayani Mas dengan baik?"

"Bukan masalah itu, Bu. Kira-kira kalau aku ingin mengajak dia keluar dari sini, gimana?"

Wajah perempuan gembrot yang licik itu seketika berubah curiga.

"Maksud Mas gimana?"

"Aku ingin mengajak dia pergi dari sini."

"Kalau begitu Mas harus menebusnya Rp 5 juta, gimana?"

Aku terkesiap. Gila benar si gembrot ini. Mengapa aku mesti menebusnya sebanyak itu? Bukankah setiap orang berhak memilih kebebasannya?

"Kenapa aku mesti menebus sebanyak itu? Dia bukan barang mati. Dia manusia yang memiliki kebebasannya," ujarku geram.

Si gembrot tersenyum sinis.

"Mas ini kayak tidak mengerti aja. Dia berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab saya. Tantenya telah menitipkan dia pada saya."

"Kalau begitu, kamu tidak berhak menjual dia dengan mempekerjakan dia sebagai pelacur," ujarku semakin geram melihat tingkah si gembrot.

"Hidup makin sulit Mas. Semua orang perlu uang dan sekarang ini segala sesuatu diukur dengan uang. Begini saja Mas. Kalau Mas mau membawa dia, maka Mas sediakan uang Rp 5 juta. Itu saja."

Si gembrot sambil menggerutu pergi meninggalkan aku yang masih terbengong-bengong. Sejenak aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Aku pun pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan luka. Sepintas kulihat mata perempuan yang ingin kuselamatkan itu berkilat basah menatap kepergianku.

Beberapa hari kemudian aku berusaha mendapatkan uang sebanyak itu untuk menebus dia. Aku berusaha meminjam kepada kawan-kawanku. Namun usaha kerasku hanya berbuah kesia-siaan. Aku hanya bisa mengumpulkan Rp 2 juta. Aku kembali ke tempat itu dan mencoba tawar-menawar dengan si germo gembrot, tapi sia-sia belaka. Si gembrot tetap pada pendapatnya semula.

Aku merasa kecewa dengan diriku sediri. Aku tidak berdaya menyelamatkan dia. Aku tidak habis-habisnya mengutuki diriku sendiri, mengapa aku tidak berkesempatan jadi orang kaya.

Maka seperti saat ini, setiap malam aku hanya bisa menatap dia dari kegelapan malam. Sambil menahan hatiku yang hampir hangus dibakar cemburu, aku melihat dia bercengkerama dengan para tamu. Sepertinya dia bahagia dengan pekerjaan yang dijalaninya. Setiap melihat senyum dan tawanya, aku merasa bersalah sekaligus kecewa dengan diriku sendiri. Pada akhirnya aku hanya jadi pecundang.***

By: Wayan Sunatra

Minggu, 17 Oktober 2010

Pengalaman selama LDKS 2010-2011 di SMAN 5 Bekasi

Hi guys kali ini saya mau sharing nih tentang pengalaman selama LDKS. dimulai dari tanggal 22 september saya tuw pake nametag warna biru dengan foto waktu sunatan ukuran 4x6 dan di sebelah kanan ada pita merah putih dan setiap hari harus datang jam 06:20.

kita tuw hampir dibentak" setiap harinya oleh kakak kelas 3, tapi saya tahu itu sengaja untuk kebaikan kita. nah hari sabtunya kita upacara ldks dan ldks pun dimulai lalu sebelum pulang kita mendapatkan benda amanat. kalau saya berupa kancing biru dari ka agassi faturachman, foto osis yng ga jela mukanya harus dikasih nama dan ditandatangani dari kak maretha fitriana, dan sebuah balon berisi air yng gga boleh pecah dari ka alifia, untuk balon saya sepasang dengan sofni untuk menjaga balon itu agar tidak pecah sampai hari puncaknya lalu saya memberi nama anak (balon) itu dengan nama sansay. nah hari ke hari telah kita lewati. nah akhirnya tiba saatnya yng paling seru hari puncak yaitu hari jum'at 15 oktober 2010.

pada hari puncak sebelumnya saya tuw bawa barang banyak sekali buat acara ini. dalam acara ini baru tiba di cibubur saja sudah dibentak oleh pembina osis (pak Abdull Rozak) karena kit tuw jalanya loyo padahal sudah dikasih fasilitas yang baik. dan akhirnya kakak kelas 3 pun yng kena hukuman atas kesalahan ini (kasihan ya) habis itu kita makan roti, nah padahal saya tuw gga suka makan roti tapi terpaksa harus makan roti karena disuruh. lalu pada sholat jum'at saya ketemu anak SMAN 9 Bekasi sedang ada acara KPPE dan saya sempat ketemu teman" saya dari SMPN 16 Bekasi. lalu saya sempat ngobrol sama merka dan itu sngat mengharukan. seusai sholat jum'at kita makan siang dan sebelum makan siang ada apel makan dan selama kita makan tidak ada boleh ada dentingan piring (ting)kalau ada satu suara dentingan piring 1 seri. nah selama makan siang kita tuw udah bmembuat suara dentingan sebanyak 300 lebih dan itu artinya kita harus melakukan 3000 push up dan untuk cewek kombinasi. (wah parah bener yah)

lalu setelah itu kiat pensi dan pensinya seru abis, ada kelompok 1 tentang anak 4L4Y (alay) dan anak gaul yang ingin berbaur dan inti dari cerita ini adalah be your self. lalu ada sorang anak desa yang sekolah di tempt terkenal (pelakunya Hanif)dijauhi oleh teman"nya dan akhirny ada seorang yang baik hati (pelakunya Redika) maw bersahabat denganya dan akhirnya Hanif pun keluar dari sekolah itu karena merasa tidak pantas dan akhirnya bertemu lagi di universitas termapan di negeri ini lalu teman"nya pun kagum karena dia sudah berubah. selanjutnya ada outbond yang super seru bangat karena kita tuw ada acara tiarap di lumpur dan badan kita pun penuh lumpur karenanya, ada kak Hafsin yang disiram lumpur lagi ama kak Linda karena dia udah bersih" duluan. selanjutnya makan malam dan kita tuw seperti tadi siang sudah membuat dentingan suara sebanyak 50 lebih (waduh udah berapa seri kalau ditambah tadi) lalu ada soal yang harus dijawab dalam bentuk drama yang isinya tentang masalah OSIS. Setelah itupun kita tuw tidur pada jam 10 malam.

besoknya kita tuw disuruh bangun jam 2 pagi buat sholat tahajud. setelah itu kita mulai Games. nah adyang paling lucu di acara LDKS ini. ceritanya teman saya yudha anak 10.2 lupa bawa nametagnya lalu dihukum oleh kakak kelas 3 untuk jalan jongkok sambil mengatakan "SAYA ALANG, ANAK HILANG DARI KELAS 10.2" dan kita pun tertawa terbahak" di dalam hati karena gga enak ama kakak kelasnya. ada ka Gilang Indy dan Indra J. Rahman yang sempat nyolong baju temanya alias ketukaran dn diberi hukuman yang sama lalu mengatakan "SAYA GILANG INDY DAN RAHMAN, SAYA NYOLONG BAJU" kita pun juga tertawa karena itu. setelah itu games dimulai. cara permainanya kita menutup mata kita kecuali pemimpin dan setelah sampai di pos" kita ditanya materi apa saja yang sudah kami dapatkan selama LDKS. lalu adzan shubuh pun telah tiba dan lalu kita pun lari pagi sambil seri sebanyak 834 (wah banyak bener)

lalu jam delapan saatnya sidang LPJ asetelah LPJ selesai kita tuw menangis sambil nyanyi lagu syukur, dan akhirnya LPJ pun diterima oleh wakasek kesiswaan dan akhirnya anak kelas 3 pun seng sambil menangis gembira lalu anak cowok kelas 3 pun berlari keliling lapangan sambil membawa bendera OSIS dan ngumpul di lapangan smbil bertriak "0SIS 2009-2010 BISA" sebelum pulang kita mengembalikan benda amanat kita dan akhirnya kita pulang ke rumah masing" dengan rasa capek dan bahdia di hati. saya ucapkan selamat kepada kang Deddy Rahmadani telah menjadi ketua OSIS yang baru dan semoga anak OSIS kelas 3 lulus semua (amin).