Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna di antara ciptaannya yang lain.Karena,manusia memiliki akal pikiran dan hawa nafsu yang tidak di miliki oleh makhluk lainnya.Manusia sangat erat hubungannya dengan kebudayaan .Hal itu karena manusia adalah bagian dari kebudayaan.Manusia pula yang menciptakan serta menjaga kebudayaan dan tanpa ada campur tangan dari manusia maka suatu kebudayaan itu akan punah. Karena pada hakikatnya budaya adalah suatu sistem cara hidup oleh manusia. Oleh karena itu tidak salah jika di katakan kebudayaan itu muncul bersamaan dengan munculnya manusia. Termasuk cara hidup manusia dalam menhadapi antrian atau yang disebut dengan budaya mengantri.
Pada Hakikatnya Budaya Mengantri ialah perbuatan
yang sederhana, mudah, dan bermanfaat. Satu perbuatan mengandung berbagai
manfaat yang luar biasa, yaitu hanya dengan mengantre akan melatih sikap dan
sifat sabar, melatih diri untuk tidak egois, belajar tertib, belajar menghargai
orang lain, berlaku sopan, menanamkan rasa malu untuk mengambil hak orang lain,
menanamkan sikap tepat waktu, menampakkan budaya rapi, dan lain sebagainya.
Namun, sering kita simak di Jalan Raya, terutama di
jalan yang lalu-lintasnya cukup padat oleh kendaraan bermotor dimana jalan yang
dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan seperti Sepeda Motor, Mobil, Mikrolet,
Bus mulai dari Bus berukuran kecil sampai berukuran besar memenuhi jalan ketika
sedang lampu merah. Akan tetapi, kita seringkali melihat, betapa tidak
beraturnya antrian kendaraan yang sedang dalam posisi lampu merah. Di
persimpangan yang dalam kondisi macet sedemikian rupa, justru bertambah lebih
macet dikarenakan para pengemudi yang tidak sabar mengantri justru mereka harus
mengantri dalam waktu yang lebih lama dan para pengemudi saling tidak mau
mengalah untuk mendapatkan posisi yang mereka inginkan.
Hampir setiap hari di saat persimpangan jalan sedang
macet. pengemudi lebih suka mengambil posisi yang sebetulnya justru tempat yang
tidak diperbolehkan bagi para pengemudi, misalnya: para pengemudi kendaraan
bermotor menempati lajur kanannya yang sebetulnya lajur tersebut adalah lajur
untuk lawan arahnya. Karena lajur lawan arahnya dikuasai oleh pengemudi
kendaraan bermotor yang tidak bersabar, akhirnya tidak ada jalan bagi kendaraan
lawan arah untuk mendapatkan kesempatan jalan. Dan dapat disimpulkan tidak ada
kesempatan bagi pengguna jalan untuk berjalan di jalan tersebut. Penyebabnya,
para pengemudi kendaraan bermotor pada awalnya ingin medahului lewat lajur
kanan namun karena di depan terdapat kendaraan yang juga mengantri di
persimpangan, akibatnya kendaraan yang berada di persimpangan tidak bisa
melewati jalan tersebut, dan kemudian disusul oleh kendaraan bermotor yang
tidak bersabar mendahului dan menempati lajur kananya sampai menghalangi jalan
bagi arah lawanya. Dan terjadilah kemacetan berkepanjangan yang disebabkan para
pengemudi yang tidak bersabar.
Bahkan sering kita saksikan para pengemudi yang tidak
bersabar dalam menghadapi antrian lebih suka menempati lajur trotoar yang
padahal seharusnya trotoar tersebut dikhususkan untuk pejalan kaki. Para
pejalan kaki pun merasa tidak nyaman dengan aktivitas jalan mereka oleh para
pengemudi kendaraan yang menguasai tempat mereka. Terkadang perbuatan seperti
inipun juga beresiko terjadi kecelakaan tabrak lari pengendara kendaraan
bermotor denagn pejalan kaki. Dalam kondisi seperti ini, pejalan kaki merasa
tidak ada tempat yang nyaman untuk berjalan kaki di pinggir jalan raya.
Lebih buruknya, Para pengendara yang kehilangan akal
untuk bersabar dalam antrian justru melintas di daerah taman yang terdapat di
jalur hijau sekitar jalan tersebut. Hal ini justru membuat taman tersebut
menjadi rusak dan menjadi tidak sedap dipandang mata oleh para pengguna jalan
tersebut terutama wisatawan yang sedang berlibur di tempat itu. Padahal taman
di jalan tersebut didanai dengan jumlah dana yang tidak kecil dimana sumber
dana tersebut berasal dari pajak masyarakat, dan kini hasil dari pajak tersebut
dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Berbeda
dengan di negara
luar, budaya mengantri diterapkan
dengan sangat baik. Salah satunya seperti di Taiwan. Tidak hanya dikenal
sebagai negara yang memiliki keunggulan dalam riset dan inovasi produk, tetapi
negara ini juga dikenal sebagai Master
Antri. Masyarakat
Taiwan membudidayakan antre dengan sangat baik. Mereka bahkan mengantri secara
otomatis tanpa harus ada yang mengarahkan atau mengatur barisan antrean. Dimana
pun, kapanpun, dan apapun mereka secara otomatis membentuk barisan antrean
secara disiplin.
Dalam hal mengantre kita juga bisa
meniru segerombolan semut. Hewan kecil ini sangat piawai dalam mengatur
barisannya. Tampak rapi dan teratur ketika para serangga kecil ini merayap.
Semestinya kita malu dengan semut. Hewan yang tiada pikiran saja mampu bersikap
teratur, malah sebaliknya kita yang diberikan akal tidak
mempunyai kesadaran tinggi untuk hidup teratur.
Sangat Indah terlihat jika di negara
kita juga menerapkan kedisiplinan yang tinggi. Tidak adanya kerapian tanpa
adanya budaya antre. Kenyataannya negara kita sangat jauh tertinggal dalam hal
ketaatan pada peraturan terutama dalam kedisiplinan mengantre. Masih banyak
rakyat Indonesia yang mendominasi kepentingan individu. Hal tersebut terlihat
ketika mengantre di jalan raya. Contohnya saja di daerah Jakarta yang tidak jarang mengalami kemacetan lalu lintas
terlebih ketika pagi dan sore hari. Semua orang terlihat terbaru-buru seakan
dikejar waktu, bahkan saat lampu merah pengemudi berhenti melewati batas garis
pemberhentian. Jika ada yang tidak melewati batas garis pemberhentian, para
pengemudi yang berada di belakang akan berklakson ria
menyuruh untuk maju atau ada yang langsung menyelip ke depan. Terlebih ketika
lampu hijau menyala, suara-suara klekson kendaraan akan bersahut-sahutan dan
tak sedikit pula yang menerobos jalan. Hal-hal tersebut sangat membahayakan
baik si pengendara maupun semua pengguna jalan. Itu hanyalah sepenggal fakta
yang terjadi di sekitar kita, belum yang terjadi ketika mengantri pembayaran
rekening listrik, mengantre di loket rumah sakit, loket kereta api, dan lain
sebagainya.
Keenganan budaya
antre ini tidak lain juga disebabkan oleh membudayanya jam karet di Indonesia.
Orang Indonesia sebagian besar meremehkan waktu
sehingga tidak memperhitungkan waktu untuk mengantri. Karena
merasa terburu-buru dan
dikejar waktu akibat membiasakan jam karet, kedisiplinan dalam mengatre pun
tidak lagi dihiraukan.
Hal yang perlu dilakukan dalam
membudi daya mengantri adalah dengan membiasakan diri untuk sabar dan tidak
egois. Tanpa disadari, hal-hal kecil positif yang kita biasakan, akan banyak
bermanfaat dalam berbagai situasi, terutama dalam mengantre. Selain itu pula
kebiasaan dan kesadaran tersebut harus ditamankan dalam diri, sebab pada
hakikatnya kebiasaan merupakan pengulangan yang berpola. Buang secara mengulang hal yang negatif
yang pasti merugikan, ulangi pola yang positif, maka kebiasaan akan menjadi
kekuatan yang membangun.
DAFTAR
PUSTAKA :